Iklan - Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Follow WhatsApp Channel Domainrakyat.com untuk update berita terbaru setiap hari

Jokowi Mendapat Nominasi Alumnus Paling Memalukan dari BEM KM UGM

Editor: Tim Redaksi

Banner foto Jokowi oleh BEM KM UGM Instagram @bemkm_ugm)

DOMAINRAKYAT.COM – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan penilaian kepada Presiden Joko Widodo sebagai Alumnus UGM.

Hal tersebut diberikan saat acara diskusi publik di utara Bundaran UGM digelar.

Dalam acara tersebut, terpampang satu banner besar yang bergambar Presiden Jokowi.

Di banner tersebut tertuliskan BEM KM UGM Presents Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan.

Tidak hanya tertera tulisan tersebut, melainkan di bawahnya juga tertulis ‘Mr Joko Widodo’ dan juga ‘2014-2024’?, ‘1980-1985’.

Banner yang berisikan foto Presiden Jokowi diedit sedemikian rupa dengan latar gedung istana dan gedung UGM.

Lalu, foto Presiden Jokowi diedit dengan memakai jas dan mahkota serta memakai jas almamater UGM.

Ungkapan penilaian ini sebagai rasa kekecewaan karena permasalahan fundamental yang belum terselesaikan.

Ketua BEM KM UGM Gielbran Mohammad menyampaikan bahwa selama dua periode kepemimpinan Jokowi masih banyak yang belum terselesaikan padahal Presiden Joko Widodo memiliki banyak waktu.

“Mulai dari kasus korupsi yang sekarang justru pimpinan KPK yang merupakan garda terdepan untuk memberantas korupsi,” ujar Ketua BEM KM UGM pada Jum’at (8/12/2023).

“Revisi UU ITE sangat amat mempermudah para akitivis untuk dikriminalisasi belum bicara soal konstitusi,” tambah Gielbran.

Menurutnya, konstitusi merupakan indikator penting yang membuat Presiden Joko Widodo mendapatkan nominasi tersebut.

“Terbukti bersalahnya hakim konstitusi sidang MK itu menjadi gerbang awal bukti empiris bahwa MK tidak independen,” ujar Gielbran.

Gielbran menambahkan bahwa di akhir periode, Presiden Joko Widodo justru mengurusi kekuasaan layaknya seorang raja Jawa.

Ketua BEM KM UGM juga menyoroti mengenai indeks demokrasi yang mengatakan bahwa demokrasi Indonesia makin merosot akibat kasus kriminalisasi.

“Demokrasi anjlok di hampir 10 tahun kepemimpinan beliau semestinya di waktu yang panjang tersebut beliau memiliki momentum,” imbuhnya.

“Beliau juga memiliki waktu yang lebih banyak untuk meningkatkan indeks demokrasi,” tambahnya.

Presiden Joko Widodo disebut sebagai representasi order baru dengan gaya baru oleh Gielbran.

“Banyaknya korban yang diskriminasi, kemudian sekarang banyak sekali intimidasi dan represifitas. Hal ini tidak hanya semacam orde baru tetapi orde paling baru karena bentuk represifitasnya dibentuk dan dikemas dalam bentuk lain dan kejamnya sama,” kata Gielbran.

Gielbran menilai, rezim Jokowi lebih parah dari era orde baru.

“Otoriternya pun sama tetapi dibungkus layaknya seorang yang innocent tidak berdosa,” tambahnya.