Puruk cahu-DOMAINRAKYAT.com// Dalam gelap gulita yang membalut sudut pinggiran Kota Puruk Cahu, warga Desa Bahitom RT 01, yang berbatasan langsung dengan kota Kabupaten Murung Raya, masih hidup seakan berada di pelosok desa terpencil. Di tengah kemajuan kota yang gemerlap, mereka belum pernah merasakan nikmatnya penerangan listrik di rumah mereka. Ironisnya, saat musim hujan tiba, jalan licin yang menghubungkan desa dengan sekolah membuat anak-anak tak dapat pergi menimba ilmu. Ini bukan sekadar ketidaknyamanan—ini adalah gambaran nyata dari ketertinggalan yang dirasakan warga sehari-hari.
Sejumlah warga sudah berupaya, tak hanya dengan keluhan lisan, tapi juga proposal tertulis yang dilayangkan sejak awal tahun 2023. “Saya sudah mengajukan proposal sejak awal tahun, tapi hingga kini tak ada tanggapan,” ungkap H. Atak Hadran, pimpinan Pondok Pesantren Almu’minun. Hal ini dialami pula oleh seorang pendeta dari Gereja JKI BORNEO SYALOM yang menyatakan bahwa dirinya telah melakukan hal serupa kepada pihak PLN. Namun jawaban yang diterima justru mengejutkan—PLN meminta warga mengumpulkan biaya sekitar Rp 4.100.000,- per kepala keluarga dari 50 KK untuk pembelian kabel dan tiang kayu, ditambah pemasangan ke rumah masing-masing.
Yang menyedihkan, meskipun warga menyambut permintaan tersebut dengan penuh antusias dan siap untuk mengumpulkan dana, pihak PLN tiba-tiba membatalkan rencana pemasangan listrik tanpa alasan yang jelas. “Warga sudah siap, tapi PLN malah membatalkan tanpa penjelasan yang bisa dipahami,” tegas pendeta tersebut dengan nada kecewa. Warga hanya bisa berharap agar PLN dan pihak-pihak terkait mulai menaruh perhatian pada kebutuhan dasar mereka, termasuk perbaikan jalan yang selama ini tak pernah mendapat perhatian dari Dinas PUPR.
Harapan demi harapan terus bergulir di hati para warga. Mereka tak meminta kemewahan, hanya hak dasar untuk hidup layak di bawah cahaya lampu dan jalan yang layak dilalui. Hingga kapan Desa Bahitom harus menunggu, Mereka kini menanti jawaban, bukan janji yang terus tertunda.
Sumber: A H.
Rilis: susilo