Scroll untuk baca artikel
DaerahMurung Raya

Terperangkap dalam Gelap, Perjuangan Warga Bahitom Menanti Cahaya dan Akses Layak di Ujung Kota

×

Terperangkap dalam Gelap, Perjuangan Warga Bahitom Menanti Cahaya dan Akses Layak di Ujung Kota

Sebarkan artikel ini

Puruk cahu-DOMAINRAKYAT.com// Gelap yang membalut sudut pinggiran Kota Puruk Cahu, warga RT 01 jalan 30 Desa Bahitom yang berbatasan langsung dengan kota Kabupaten Murung Raya, masih hidup seakan berada di pelosok desa terpencil. Di tengah kemajuan kota yang gemerlap, mereka belum menikmati penerangan listrik di rumah mereka. Ironisnya, saat musim hujan tiba, karena jalan licin terkadang anak-anak tak dapat pergi ke sekolah. Ini bukan sekadar ketidaknyamanan—ini adalah gambaran nyata dari ketertinggalan yang dirasakan warga sehari-hari.

Sejumlah warga sudah berupaya, tak hanya dengan usulan lisan, tapi juga proposal yang dilayangkan sejak awal tahun 2023. “Saya sudah mengajukan proposal sejak awal tahun, tapi hingga kini tak ada tanggapan,” ungkap H. Atak Hadran, pimpinan Pondok Pesantren Al-mu’minun, “di Pesantren ini saja saya membutuhkan 10 kWh pak ditambah semua warga disini berkisar 50an KK jumlahnya” tambahnya pula. Hal ini juga disampaikan oleh Pendeta dari Gereja JKI BORNEO SYALOM ( yang tidak mau di sebut nama nya ) yang mana menyatakan bahwa dirinya telah melakukan hal serupa kepada pihak PLN. Dan dari pihak PLN meminta biaya sekitar Rp 4.100.000,- per Kepala Keluarga untuk pembelian kabel dan tiang kayu sementara, ditambah untuk pemasangan ke rumah masing-masing.

Warga menyambut baik permintaan tersebut dengan antusias, Namun pihak PLN tiba-tiba membatalkan rencana pemasangan listrik tersebut. “Warga sudah siap, tapi pihak PLN malah membatalkan dengan penjelasan yang tidak bisa saya pahami” tegas pak Pendeta dengan nada kecewa. Warga sangat berharap agar dari pihak PLN dan pihak-pihak terkait supaya bisa memperhatikan kebutuhan dasar mereka, termasuk penimbunan jalan yang selama ini hanya swadaya dari pihak Pesantren/H. Atak Hadran, Gereja/Testo dan bapak Iyan. Sangat disayangkan kurangnya perhatian dari Dinas PUPR untuk pemeliharaan jalan yang sudah ada.

Harapan demi harapan terus bergulir di hati para warga. Mereka tak meminta kemewahan, hanya hak dasar untuk hidup layak di bawah cahaya lampu dan jalan yang layak dilalui. Hingga kapan warga harus menunggu. Mereka kini menanti jawaban, bukan janji yang terus tertunda.

Rilis: Adi Ostra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *