NEW DELHI – Para dokter di India bersama pakar medis secara global kini tengah menghadapi lonjakan misterius kasus hepatitis akut yang tidak dapat diketahui penyebabnya dan menyerang kelompok anak-anak.
Ada fakta menarik di India, dimana kasus hepatitis akut ditemukan pada anak-anak yang sebelumnya terinfeksi virus corona (Covid-19).
Padahal kasus baru Covid-19 di negara itu saat ini terus berada pada tingkat yang terkendali.
Dikutip dari laman thehindu.com, Senin (16/5/2022), tim medis dari Bundelkhand Medical College (BMC), Sagar, Madhya Pradesh dan Post Graduate Institute of Medical Research, Chandigarh melaporkan bahwa penyelidikan terhadap 475 anak yang dites positif Covid-19 sejak April hingga Juli 2021, menunjukkan 37 atau sekitar 8 persen dengan Covid Acquired Hepatitis (CAH).
Meskipun laporan sporadis dari berbagai negara bagian di India telah muncul dalam dua tahun terakhir, ini merupakan penyelidikan sistematis pertama untuk mengukur skala sindrom di negara itu.
10 anak memiliki Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) yang lebih serius, jarang, namun terdokumentasi dengan lebih baik.
Ini ditandai dengan peradangan pada banyak organ dan dapat membunuh 3 dari setiap 10 anak yang didiagnosis.
Pada CAH, gejalanya meliputi mual, kehilangan nafsu makan, lemas, dan demam ringan.
Sedangkan peradangan tidak ditandai, meskipun tingkat tinggi enzim hati yang disebut transaminase terus diamati.
Kendati demikian, semua penyebab khas hepatitis lainnya seperti virus terkait, tidak ditemukan.
Semua dari 37 anak pulih ‘tanpa kendala’, ini mengindikasikan bahwa pengobatan rutin untuk hepatitis berat seperti kortikosteroid, rehidrasi, manajemen demam sudah cukup untuk hampir dari keseluruhan jumlah pasien tersebut.
“Kami mengamati peningkatan yang aneh dalam kasus hepatitis. Biasanya, awal musim hujan menandai peningkatan kasus hepatitis. Tahun lalu (2021), kami mulai melihat ini pada April atau musim panas, pada anak-anak positif Covid yang menjadi bagian dari tindak lanjut. Sebagian besar dari mereka sebenarnya telah pulih dari Covid,” kata Associate Professor, Mikrobiologi, BMC dan penulis korespondensi studi tersebut, Sumit Rawat.
Ia kemudian menjelaskan bahwa Hepatitis A dan E spesifik untuk desa atau wilayah tertentu.
Sedangkan Hepatitis B muncul sepanjang tahun dan Hepatitis D biasanya berasal dari orang tua atau dari transfusi darah.
“Tahun lalu, setelah gelombang varian Delta, kami melihat kasus-kasus ini dari seluruh negara bagian, memecahkan rekor sejarah,” tegas Rawat.
Terlepas dari virus penyebab yang biasa memicu munculnya hepatitis, Rawat dan rekan-rekannya menyelidiki berbagai kemungkinan hepatitis yang terjadi karena virus Epstein Barr, gangguan auto-imun, dan virus cacar air (varicella).
Namun ia mencatat, beberapa anak tampaknya dites positif saat diberikan ‘tes yang tidak relevan’ seperti demam berdarah atau varicella zoster.
Mereka menduga bahwa hepatitis kemungkinan muncul karena sistem kekebalan tubuh berperilaku tidak normal.
“Apa yang umum pada semua anak adalah tingkat antibodi Covid yang sangat tinggi,” jelas Rawat dan rekan-rekannya yang telah melaporkan temuan mereka pekan lalu di repositori pra-cetak, Biorxiv, dan menunggu publikasi dalam jurnal peer-review.
Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia WHO) mengatakan pada pekan lalu bahwa 348 kemungkinan kasus ‘hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya’ telah diidentifikasi, dan tersangka utamanya adalah adenovirus bersamaan dengan infeksi Covid-19.
Hampir 20 negara telah melaporkan kasus tersebut, meskipun hanya enam negara yang melaporkan temuan lebih dari 5 kasus.
Inggris pun berada di puncak daftar negara dengan hampir 160 kasus yang dikonfirmasi.
Sementara itu, Pusat Penyakit dan Pengendalian (CDC) Amerika Serikat (AS) merilis peringatan kesehatan nasional tentang peningkatan kasus hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya pada anak-anak.
Kemungkinan masih banyak kasus dengan kerusakan hati yang kurang parah, belum ditemukan.
Lonjakan infeksi hepatitis terjadi satu atau dua bulan setelah puncak Covid-19 di India.
Rawat menduga bahwa Covid-19 menyebabkan sistem kekebalan anak-anak menjadi ‘salah arah’ dan membuka jalan bagi organisme menular lainnya yang biasanya tidak berbahaya, seperti adenovirus atau ‘co-faktor’ lain, untuk menyebabkan hepatitis.
“Dengan sendirinya, adenovirus tidak berbahaya. Namun dengan adanya sistem kekebalan yang terganggu dapat menyebabkan infeksi yang parah,” papar Rawat.
Bukti dari Inggris, kata dia, menunjukkan bahwa infeksi ini lebih sedikit pada anak-anak yang divaksinasi sehingga vaksinasi Covid-19 dapat membantu pada kelompok anak kecil.
Dampak Long Covid-19? Ini Hipotesa Ahli Epidemiologi
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan hipotesa jika fenomena ini merupakan bagian dari pandemi.
“Sebagai bentuk Long Covid-19. Atau yang bahkan tidak musti menunggu bertahun-tahun. Bahkan satu atau dua tahun setelah pandemi ini kita sudah bisa melihat,” ungkapnya pada Tribunnews, Jumat (13/4/2022).
Hipotesa ini muncul dengan beberapa hal.
Pertama studi yang dilakukan Israel menyatakan jika 90 persen yang terkena Hepatitis ini, pada satu tahun terakhir pernah terinfeksi Covid-19.
Kedua, kasus saat ini banyak menimpa usia di bawah 5 tahun. Mayoritas tertinggi pada usia 2-3 tahun yang kita tahu notabene mereka belum eligible untuk divaksinasi Covid-19.
“Kasus pada orang dewasa sedikit atau amat sangat jarang ditemukan, ini juga memperkuat hipotesa bahwa proteksi dari vaksinasi itu sebagaimana beberapa riset menunjukkan mengurangi Long Covid-19,” paparnya lagi.
Hal ini diperkuat dengan bantahan hipotesa Adenovirus. Bahwa sebagian besar kasus anak yang terinfeksi ini, Adenovirus tidak ditemukan di dalam darah dengan jumlah tinggi.
Pada beberapa kasus yang ditemukan Adenovirus pun juga menjadi pertanyaan. Kenapa virus yang selama ini dikenal jinak dapat menyebabkan infeksi?
Dicky menyebutkan ada temuan yang diduga bahwa dengan adanya infeksi Covid-19, sel T yang merupakan sel pertahanan tubuh menjadi melemah. Atau menyebabkan disfungsi sistim imunitas.
Tak Akan Jadi Pandemi
Selain itu, Dicky juga menyebutkan bahwa kecil kemungkinan fenomena ini menjadi pandemi. Karena terjadinya sebuah pandemi umumnya disebabkan pantogen baru.
Artinya mayoritas manusia belum memiliki imunitas terhadap pantogen yang baru muncul. Dan semua manusia di dunia terancam terinfeksi penyakit ini dengan berbagai golongan usia.
Namun jika dikaitkan dengan Hepatitis misterius, data lebih spesifik menunjukkan lebih berisiko menimpa anak-anak. Mayoritas 90 persen menginfeksi anak di bawah 5 tahun.
Sementara data yang ada menujukkan kasus-kasus infeksi hepatitis kepada orang dewasa, khususnya yang sudah terpapar itu kecil ditemukan.
“Jadi artinya lagi kalau mengikuti kriteria pandemi, ya menjadi sangat jauh. Artinya ini dinamis, kita akan menunggu apakah hipotesa saya ini benar atau tidak kita harus menunggu data lanjutan,” paparnya lagi.
Lalu jika bicara mekanis, penularan Hepatitis misterius tidak semudah atau secepat yang ditularkan melalui udara seperti Covid-19.
“Namun bicara pencegahan ya tetap kita tidak bisa abaikan, anggap remeh. Karena 10 persen dari pasien menurut data global menujukkan harus ditransplasi hati. Berarti ini tidak main-main,” pungkasnya.