Ilustrasi |
Jakarta, DOMAINRAKYAT.com – Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah per akhir Juni 2022 sebesar Rp 7.123,62 triliun dengan rasio 39,56% dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu naik sekitar Rp 121 triliun dari posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp 7.002 triliun.
Dikutip dari detikcom, Senin (1/8/2022), di buku APBN KiTA tertulis, “Rasio utang terhadap PDB dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal. Penambahan utang sebagian besar terjadi sejak 2020 karena adanya badai COVID-19.”
Untuk jenis utang, mayoritas didominasi oleh surat berharga negara (SBN) yang mencapai 88,46% dan sisanya pinjaman 11,54%. Diketahui SBN sebanyak Rp 6.301,8 triliun dengan SBN domestik Rp 4.992,5 triliun dan valuta asing Rp 1.309,3 triliun.
Sedangkan untuk pinjaman senilai Rp 821,74 triliun. Terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp 14,74 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 806,31 triliun.
Berdasarkan mata uang, utang pemerintah didominasi oleh mata uang domestik (rupiah) yaitu 70,29%. Tercatat kepemilikan investor asing terus menurun sejak 2019 yang mencapai 38,57%, hingga akhir 2021 tercatat 19,05% dan per 5 Juli 2022 mencapai 15,89%.
“Dalam usaha menyehatkan APBN, pemerintah mengelola portofolio utang agar optimal sehingga peningkatan utang pun telah diperhitungkan secara matang demi mendapatkan risiko dan biaya yang paling efisien,” tuturnya.
Defisit anggaran dari segi jatuh tempo, komposisi utang pemerintah disebut dikelola dengan mempertimbangkan kemampuan bayar dan kapasitas fiskal. Hal ini terlihat dari rata-rata jatuh tempo (average time to maturity) sepanjang 2022 masih terjaga di kisaran 8,7 tahun.
Sampai akhir Juni 2022, realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp 191,9 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan 56,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 444,8 triliun.
Realisasi pembiayaan utang terdiri dari realisasi SBN (Neto) sebesar Rp 182,4 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar Rp 9,5 triliun.
Realisasi pinjaman terdiri dari realisasi penarikan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 2,7 triliun, realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri sebesar Rp 0,9 triliun, realisasi penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp 50,9 triliun dan realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar Rp 43,2 triliun.
Ikuti berita Domainrakyat.com melalui Google News, klik di sini